walau tidak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya -

Anggaplah Cita2 Seperti Bola

Udara panas menjelang pertengahan bulan Maret begitu terasa menyengat. Disebuah gang di kota terlihat segerombolan bocah kecil sedang asik bermain bola. Asik mereka memainkan bola plastik yang dibeli patungan di warung Bu Romlah. Bola plastik berukuran sedikit lebih kecil dari pada ukuran bola pada umumnya.

"Juki, oper", teriak Ramdan
"Awas..!! tutup sebelah kanan, hadang Ramdan", Perintah Ali penjaga gawang.
Juki mem-passing bola kepada Ramdan, dengan lincahnya dia menggiring bola tersebut..kakinya seakan ada magnet yang dapat membuat bola tak mau jauh meninggalkannya. Darman berusaha mengejar Ramdan..Dia gunakan besar tubuhnya untuk menutup pergerakan Ramdan yang sangat lincah..

"Terus tempel..terus..", Ali berteriak mengkomando teman2 nya..
Ramdan terus bergerak dengan cekatan hingga Darman tak kuasa memberi perlawanan..kini Ramdan berhadapan langsung dengan si Ali..mata Ali mengawasi dengan jeli gerakan kaki Ramdan. Ramdan terlihat mau me shoot bola dan Ali langsung menjatuhkan diri..
....
" Sialan", Ali berteriak sekan tak percaya dia baru saja ditipu oleh gerakan Ramdan. Ramdan tidak me-shooting bola dengan kaki kanan nya. Dia hanya mendorong bola sedikit ke arah kaki kirinya dan boommmm...kaki kirinya dengan lantang melabrak bola. Bola melesat tinggi diantara sandal jepit yang dijadikan gawang. Terlalu tinggi...sekarang bola melayang ke atas ke atap rumah Pak Mahdi lalu jatuh di pekarangan rumah..
Suara ribut di atap seng membuat Pak Mardi terbangun dari tidur siangnya.

"Bola siapa ini "
Semua terdiam. Tak da yang berani menjawab pertanyaan Pak Mardi. mungkin juga karena mereka bingung dengan status kepemilikan bola itu. Mereka beli patungan jadi tak ada yang bisa mengklaim milik siapa dan dalam kondisi seperti ini, siap[a yang berani mengakui pemilik bola itu maka dia harus bersiap mendapat semprotan dari Pak Mardi.
"Bola siapa ini", Pak Mardi mengulang pertanyaan dengan nada meninggi.
"I-tu bola ka-ka-mi pak" Ramdan menjawab dengan terbata karena merasa bertanggung jawab.
"Tinggal ngomong saja kok susah, nih. Jangan keras2 nendangnya, ini hanya gang. bukan lapangan bola", kata Pak Mardi.
Kebekuan pun mencair
'Iya pak", jawab anak2 serentak.
......
Permainana dilanjutkan lagi

Ali yang tadi menjadi keeper bergantian dengan Akbar. Akbar pun mau saja bergantian. Dia sadar bahwa Ali lebih pintar menggiring bolanya.
Akbar melempar bola kepada Ali dengan sedikit gocekan dia berusaha melewati Ramdan. Tapi akal Ramdan lebih panjang dia berhasil merebut dari Ali. Ali pun tak mau kalah begitu saja dia berusaha mengejar Ramdan, namun terlambat. Ramdan sudah berhadapan dengan Akbar. tanpa pikir panjang, Ramdan menembakkan bola itu mendatar ke arah kanan gawang. Akbar berusaha menjatuhkan badan. Terlambat. Bola tak terjangkau oleh tangan dia yang pendek. Bola melewati tepat di atas tumpukan sandal yang dijadikan gawang.
Ramdan menganggap bola itu masuk, tapi Sebaliknya dengan Akbar. (mengingat keterbatasan teknologi sehingga tidak ada replay). Gol atau tidak diputuskan dengan suit, dan hasilnya: TIDAK GOL. (kebenaran yang di lotre memang pahit).

......
Permainana dilanjutkan lagi

Akbar melempar bola kepada Darman, dengan badannya yang kekar dia melewati juki..Dia terus berlari membawa bola, dia pantulkan bola itu ke tembok gang yang berdiri kokoh sepanjang jalan setapak itu. Lalu dia mengoperkan ke Ali. Lagi-lagi Ali vs Ramdan. kali ini Ali tak ingin gagal lagi melewati Ramdan, namun dribling nya tidak lah sempurna dan dia kehilangan bola. kehilangan lagi. Dia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Jempol kakinya nya lecet terkena kerikil..

Ramdan berhenti dan membantu Ali berdiri.

"Dribling itu mendorong bola, bukan menendang nya. karena jika kamu mendorong maka bola takan meninggalkan kaki kamu, jika kamu menendang maka bola akan meninggalkan kamu dan kamu akan kehilangan bola itu", Kata Ramdan pada Ali sambil mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.

Aku yang dari tadi menonton dari warung cendol di ujung gang tersentak dengan kata2 Ramdan..Apa yang dikatakanya benar. Mulai sekarang anggaplah mengejar cita2 seperti mendribling bola.

"Bahwa cita2 itu harus didorong untuk digulirkan lalu dikejar bukan ditendang dan dibuang". Anggaplah cita2 seperti bola.






-Dalam Keresahan di Purbalingga-










Artikel Terkait:

2 komentar:

Anonim mengatakan...

;) inspiratif euy

Anonim mengatakan...

you go boys