walau tidak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya -

Delapan Delapan Delapan

Saya hanya bisa bercerita tentang masa lalu yang indah. Suatu hari disaat masih berteman dengan malam dan selalu mengagumi keindahannya, keindahan lagit malam yang terlewatkan oleh teman-temanku. Ada dua macam kalender di kamarku. Salah satunya kalender astronomi. Kalender itulah yang menjadi titik acuan kapan aku begadang menikmati langit malam.

Tujuh Juli 2008 di Salatiga. Saya dipertemukan dengan teman-teman dari berbagai kabupaten yang sama gilanya terhadap lagit malam, terutama bintang-bintang. Di sini lah pertemanan kami dimulai lalu selama satu bulan kami selalu bersama-sama. Kumpul makan jam 7 pagi, belajar, kudapan siang jam 10, makan siang jam 12, main poker sampe jam 1 siang, belajar lagi sampe maghrib, istirahat lagi, belajar lagi sampe jam 22 (kalo ngantuk bolos kelas), dilanjutkan kudapan malam, menikmati langit malam sampai pagi :). Selama satu bulan praktis kegiatanku tak jauh dari jadwal itu. Semua mempunyai harapan yang sama yakni bersinar di Makassar untuk nama pribadi maupun provinsi.

Beberapa hari sebelum bertolak ke makassar, kami kumpul di semarang. Disini saya bertemu dengan orang tua dan adik saya (terima kasih kepada papahnya Lesli atas tumpangan mobilnya buat keluarga saya). Kangen juga sebulan tidak bertemu. hehehe. Saya diajak jalan2 ke CL, di sini pertama kali saya makan pizza. hahahaa

Hari jumat tanggal delapan bulan delapan tahun duaribu delapan, pertama kalinya saya memegang tiket pesawat dan ke bandara Ahmad Yani, Semarang. My first flight. Perjalanan pesawat dimulai menuju Soekarno-Hatta, Jakarta. Transit selama beberapa jam di Soe-ta, kami menuju Juanda, Surabaya dilanjutkan ke Makassar. Sampai di Makassar jam 18.00 waktu setempat. Senja dengan awan merah menyambut kami di Hassanudin, Makassar.

Bus jemputan kami sudah menunggu untuk mengirim kami ke Dinasti hotel, hotel bernuansa oriental dengan korden dan interiornya bernuansa merah dan emas. Setelah pembagian kamar, saya mendapat kamar di lantai 3. Pertama kalinya saya menginap di hotel. Kebingungan menggunakan lift, bingung menyalakan lampu kamar (padahal hanya di ganjal dengan dengan kartu kunci untuk masuk), tidak tau menggunakan bath tube (malu). Setalah mandi berendam dengan air hangat saya menuju ruang makan hotel bersama teman-teman. Kami menjadi perhatian di ruangan itu mengingat jumlah kontingen kami yang berjumlah 14. Kontingen tergemuk untuk bidang astronomi. hari pertama saya makan nasi goreng, saya hanya mengambil sedikit makanan, saya merasa kagok dan tidak bisa memakan nasi berwarna merah, apa lagi tidak pedas. Hanya udang goreng tepung yang saya ambil sepiring penuh banyak.

Malam harinya saya keluar jalan-jalan di sekitar lingkungan hotel, saya menemukan warung mie. Saya pesan seporsi dengan harga 15 ribu, mie kering yang disiram dengan kuah daging. Lumayan untuk mengganjal lapar malam ini. Lepas tengah malam saya kembali ke hotel dan tidur untuk mengikuti jadwal ketat keesokan harinya..

(bersambung ya, cape ngetiknya )


Salatiga

Semarang

Makassar



Artikel Terkait:

0 komentar: