Akhirnya saya mulai merasakan nikmatnya film pendek. Melalui media ini saya bisa sedikit membagikan cerita dan menuangkan ide2 maupun kritik sosial. Betapa luasnya dunia yang bisa saya gambarkan dalam frame ini. Betapa banyaknya nilai2 yang bisa saya gali lalu aku tuangkan dalam 15 menit di layar. Ada banyak potongan kisah2 satir manusia, kisah perjuangan, tawa, luka, canda, air mata sampai tentang mati. Saya mengabadikan semua dalam tulisan skenario berharap suatu hari semua bisa saya abadikan di frame layar kaca, berusaha menunjukan pada semua orang bahwa ada diri saya di dalamnya. Ada keadaan nyata disana. Bukan sepertyi sinetron yang hanya memotret sisi glamor Indonesia.
Saya sudah tidak sabar menunggu film pendek pertama ini, film yang akan saya dedikasikan untuk diri saya dan semua yang pernah ada di hidupku serta untuk teman-teman yang senasib, yakni manusia yang sering direndahkan dan dipandang sebelah mata gara2 status pendidikan. Film ini untuk mereka yang sering dibedakan: mahasiswa, bukan mahasiswa. Anak sekolah, bukan anak sekolah. Film ini tentang perjuangan seorang anak usia SMA yang berusaha menembus hegemoni pandangan orang yang tebal bagai tembok besar: status pendidikan. Bahwa orang banyak melihat orang lain dari strata pendidikannya tanpa melihat kemampuannya adalah fakta nyata di sekitar kita. Bahwa nilai sebuah ijazah lebih tinggi dari skill itu nyata adanya. Saatnya kita (saya sudah mulai berpikir) berpikir: apalah arti ijazah, apa lah arti sekolah jika implementasi dari apa yang didapatkan NOL.
Semoga film ini berhasil digarap dengan lancar, amin.
NB: walau saya hanya membantu ide cerita dan skenario, tapi saya bersyukur punya kesempatan untuk berkarya.
2 komentar:
like this luck....
lanjutkan...
nek wis dadi aku ndeleng yaa...
like this juga mz,, :)
Posting Komentar